Senin, 28 Oktober 2013

Asuransi Belum Populer di Indonesia

Tingkat pendapatan dan pendidikan, usia serta standar sosial mendorong seseorang melakukan pembelian polis asuransi jiwa. Bahkan motivasi pembelian polis asuransi tidak lagi hanya untuk memperoleh manfaat proteksi namun juga manfaat investasi.
Di negara maju, kepemilikan asuransi menjadi sangat populer dan menjadi gaya hidup baru masyarakat modern yang sadar risiko. Sebaliknya, di negara-negara berkembang kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi tergolong sangat rendah.
Contoh negara maju yang menganggap penting asuransi adalah Amerika Serikat, Jepang dan Singapura, setiap orang setidak-tidaknya memiliki 1 polis asuransi jiwa atau lebih, sedangkan di Malaysia 4 dari 10 orang memiliki polis asuransi. Sementara di Indonesia, kurang dari 2 per 10 orang yang memiliki polis asuransi jiwa.
"Di Indonesia, asuransi masih menjadi kebutuhan tersier, karena ini erat kaitannya dengan tingkat pendapatan dan pendidikan seseorang," kata Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Firdaus Djaelani SE MA.
Faktor pendapatan dan pendidikan menurutnya yang menyebabkan asuransi jiwa lebih banyak dimiliki oleh masyarakat dari golongan menengah ke atas. Oleh karena itu perlu diberlakukan asuransi mikro yang bisa dijangkau oleh kelompok masyarakat menengah ke bawah, seperti petani dan nelayan. "Di Filipina dan Thailand, asuransi mikro ini sudah berjalan. Namun semua itu bisa berjalan karena adanya kontribusi dari pemerintah daerah masing-masing," tandasnya.
Namun yang tidak kalah penting, perusahaan asuransi jiwa perlu untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia agen dalam menjual produk sekaligus menjadi konsultan bagi masyarakat untuk mengelola keuangannya.

Sumber: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/04/03/114293

Tidak ada komentar:

Posting Komentar